Solat Tiang Agama

Bicara


ShoutMix chat widget

Followers

Janganlah Kaum Lelaki menyerupai Wanita dan begitu sebaliknya

Posted by nur iman Thursday, August 27, 2009

Memiliki Jambang

wahai kaum adam adakah anda mengetahuinya??? Marilah membaca bersama-sama semoga kita mendapat sedikit maklumat mengenainya. Ini merupakan salah satu cara membezakan Kaum Adam dan Kaum Hawa... Bacalah petikan yang saya dapat dari bicara muslim... Islam adalah agamaku...Islam itu syumul...

Bab Cukur Janggut

FIQH DAN PERUNDANGAN ISLAM JILID III
Dr Wahabah Al Zuhaili


Satu rujukan utama didalam Fiqah Perundangan Islam masa kini...

Menyimpan Janggut

Perbuatan menyimpan janggut merupakan satu Sunnah yang dituntut tanpa sebarang keraguan, kerana Nabi s.a.w. telah bersabda:

Terjemahan:

Hendaklah kamu bezakan diri daripada kaum musyrik, pendekkan misai yang melitupi bibir dan simpanlah janggut sampai lebat.

Sabda Baginda lagi:

Terjemahan:

Nipiskan misai dan biarkan janggut,hendaklah kamu berlainan daripada kaum Majusi.

Aisyah pula meriwayatkan

Terjemahan:

Terdapat sepuluh perkara yang dikira sebagai fitrah, menggunting misai, melebat dan menyimpan janggut, bersugi... .

Daripada Ibn Umar daripada Nabi s.a.w., bahawa Baginda menyuruh supaya dibuang misai dan disimpan janggut.

Menjadi amalan kebiasaan orang Majusi menggunting janggut mereka, lalu syara` melarang daripada melakukan demikian.

Ulama' Maliki dan Hanbali berpendapat, adalah haram mencukur janggut, sementara ulama' Hanafi pula mengatakan ia makruh tahrim.Yang sunat dilakukan untuk janggut ialah dibiarkan sepanjang satu cekak. Adapun membuang sehingga tinggal kurang dari itu ataupun keseluruhannya, maka tidak harus.

Ulama' Syafi'i pula mengatakan mencukur janggut adalah makruh. Imam al-Nawawi menyebut bahawa para ulama' telah menyebut 10 perkara yang dikira makruh dilakukan terhadap janggut, sebahagian dikira lebih berat hukumnya dari yang lain.

Antaranya talah perbuatan mencukurnya kecuali jika ia tumbuh pada wanita, maka sunat dicukur.

pandangan diatas adalah sahih dari satu penulisan oleh hamba Allah yang diiktiraf keilmuannnya....

Dan Dari

Halal Haram Dalam Islam Dr Yusuf Qardhawi

Memelihara Janggut

Termasuk dalam permasalahan kita ini, ialah tentang memelihara janggut. Untuk ini Ibnu Umar telah meriwayatkan dari Nabi s.a.w. yang mengatakan sebagai berikut:

"Berbedalah kamu dengan orang-orang musyrik, peliharalah janggut dan cukurlah kumis." (Riwayat Bukhari)

Perkataan i'fa (pelihara) dalam riwayat lain diartikan tarkuha wa ibqaauha (tinggalkanlah dan tetapkanlah).

Hadis ini menerangkan alasan diperintahkannya untuk memelihara janggut dan mencukur kumis, yaitu supaya berbeda dengan orang-orang musyrik. Sedang yang dimaksud orang-orang musyrik di sini ialah orang-orang Majusi penyembah api, dimana mereka itu biasa menggunting janggutnya, bahkan ada yang mencukurnya.

Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan untuk umat Islam supaya mereka mempunyai kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir lahir dan batin, yang tersembunyi maupun yang tampak. Lebih-lebih dalam hal mencukur janggut ini ada unsur-unsur menentang fitrah dan menyerupai orang perempuan.

Sebab janggut adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda-tanda yang membedakan dengan jenis lain.

Namun demikian, bukan berarti samasekali tidak boleh memotong janggut dimana kadang-kadang janggut itu kalau dibiarkan bisa panjang yang menjijikkan yang dapat mengganggu pemiliknya.

Untuk itulah maka janggut yang demikian boleh diambil/digunting kebawah maupun kesamping, sebagaimana tersebut dalam hadis riwayat Tarmizi. Hal ini pernah juga dikerjakan oleh sementara ulama salaf, seperti kata Iyadh: "Mencukur, menggunting dan mencabut janggut dimakruhkan. Tetapi kalau diambil dari panjangnya atau ke sampingnya apabila ternyata janggut itu besar (tebal), maka itu satu hal yang baik."

Dan Abu Syamah juga berkata: "Terdapat suatu kaum yang biasa mencukur janggutnya. Berita yang terkenal, bahwa yang berbuat demikian itu ialah orang-orang Majusi, bahwa mereka itu biasa mencukur janggutnya."24

Kami berpendapat:

Bahwa kebanyakan orang-orang Islam yang mencukur janggutnya itu lantaran mereka meniru musuh-musuh mereka dan kaum penjajah negeri mereka dan orang-orang Yahudi dan Kristen.

Sebagaimana kelazimannya, bahwa orang-orang yang kalah senantiasa meniru orang yang menang. Mereka melakukan hal itu jelas telah lupa kepada perintah Rasulullah yang menyuruh supaya mereka berbeda dengan orang-orang kafir. Di samping itu mereka telah lupa pula terhadap larangan Nabi tentang menyerupai orang kafir, seperti yang tersebut dalam hadisnya yang mengatakan:

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia itu termasuk golongan mereka." (Riwayat Abu Dawud)

Kebanyakan ahli-ahli fiqih yang berpendapat tentang haramnya mencukur janggut itu berdalil perintah Rasul di atas. Sedang tiap-tiap perintah asalnya menunjukkan pada wajib, lebih-lebih Rasulullah sendiri telah memberikan alasan perintahnya itu supaya kita berbeda dengan orang-orang kafir. Dan berbeda dengan orang kafir itu sendiri hukumnya wajib pula.

Tidak seorang pun ulama salaf yang meninggalkan kewajiban ini. Tetapi sementara ulama-ulama sekarang ada yang membolehkan mencukur janggut karena terpengaruh oleh keadaan dan memang karena bencana yang telah meluas.

Mereka ini berpendapat, bahwa memelihara janggut itu termasuk perbuatan Rasulullah yang bersifat duniawiah, bukan termasuk persoalan syara' yang harus ditaati. Tetapi yang benar, bahwa memelihara janggut itu bukan sekedar fi'liyah Nabi, bahkan ditegaskan pula dengan perintah dan disertai alasan supaya berbeda dengan orang kafir,

Ibnu Taimiyah menegaskan, bahwa berbeda dengan orang kafir adalah suatu hal yang oleh syara' ditekankan. Dan menyerupai orang kafir dalam lahiriahnya dapat menimbulkan perasaan kasih dalam hatinya, sebagaimana perasaan kasih dalam batin dapat menimbulkan perasaan dalam lahir. Ini sudah dibuktikan sendiri oleh suatu kenyataan dan diperoleh berdasarkan suatu percobaan.

Selanjutnya ia berkata: Al-Quran, Hadis dan Ijma' sudah menegaskan terhadap perintah supaya berbeda dengan orang kafir dan dilarang menyerupai mereka secara keseluruhannya. Apa saja yang kiranya menimbulkan kerusakan walaupun agak tersembunyi, maka sudah dapat dikaitkan dengan suatu hukum dan dapat dinyatakan haram.

Maka dalam hal menyerupai orang kafir pada lahiriahnya sudah merupakan sebab untuk menyerupai akhlak dan perbuatannya yang tercela, bahkan akan bisa berpengaruh pada kepercayaan. Pengaruhnya ini memang tidak dapat dikonkritkan, dan kejelekan yang ditimbulkan akibat dari sikap menyerupai itu sendiri kadang-kadang tidak begitu jelas, bahkan kadang-kadang sukar dibuktikan.

Tetapi setiap hal yang menjadi sebab timbulnya suatu kerusakan, syara' menganggapnya suatu hal yang haram.25
Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita simpulkan, bahwa masalah mencukur janggut ini ada tiga pendapat:

1.Pendapat pertama: Hukumnya haram. Yang berpendapat demikian, ialah Ibnu Taimiyah dan lain-lain.

2.Pendapat kedua: Makruh. Yang berpendapat demikian ialah Iyadh, sebagaimana tersebut dalam Fathul Bari. Sedang ulama lain tidak ada yang berpendapat demikian.

3.Pendapat ketiga: Mubah. Yang berpendapat demikian ulama sekarang.

Tetapi barangkali yang agak moderat dan bersikap tengah-tengah yaitu pendapat yang menyatakan makruh. Sebab tiap-tiap perintah tidak selamanya menunjukkan pada wajib, sekalipun dalam hal ini Nabi telah memberikan alasannya supaya berbeda dengan orang kafir.

Perbandingan yang lebih mendekati kepada persoalan ini ialah tentang perintah menyemir rambut supaya berbeda dengan orang Yahudi dan Kristen. Tetapi sebagian sahabat ada yang tidak mengerjakannya. Oleh karena itu perintah tersebut sekedar menunjukkan sunnat.

Betul tidak ada seorang pun ulama salaf yang mencukur janggut, tetapi barangkali saja karena mereka tidak begitu memerlukan, karena memelihara janggut waktu itu sudah menjadi kebiasaan mereka

and dari internet... .... satu penulisan yang agak menarik...

Hadith-Hadith Yang Mewajibkan Memelihara Janggut Atau Jambang

Antara hadith-hadith sahih dari Nabi s.a.w yang menunjukkan wajibnya memelihara janggut dan jambang kemudian mewajibkan orang-orang lelaki beriman supaya memotong atau menipiskan misai mereka serta pengharaman dari mencukur atau memotong janggut mereka ialah:

"Abdullah bin Umar berkata :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah janggut kamu dan tipiskanlah misai (kumis) kamu".

H/R al Bukhari, Muslim dan al Baihaqi.

"Dari Abi Imamah :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab".

Hadith sahih, H/R Ahmad dan at Tabrani.

"Dari Aisyah berkata :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Sepuluh perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) di antaranya ialah mencukur misai dan memelihara janggut".

H/R Ahmad, Muslim, Abu Daud, at Turmizi, an Nasaii dan Ibn Majah.

Bagi individu yang menjiwai hadith di atas pasti mampu memahami bahawa Nabi Muhammad s.a.w melarang setiap mukmin dari meniru atau menyerupai suluk (tatacara) orang-orang kafir sama ada dari golongan Yahudi, Nasrani, Majusi atau munafik.

Antara penyerupaan yang dilarang oleh baginda ialah berupa pengharaman ke atas setiap orang lelaki yang beriman dari mencukur janggut dan jambang mereka. Kemudian baginda melarang pula dari memelihara misai (kumis) kerana dengan memelihara misai kemudian mencukur janggut telah menyerupai perbuatan semua golongan orang-orang kafir.

Antara motif utama dari larangan baginda itu ialah agar orang-orang yang beriman dapat mengekalkan sunnah supaya tidak mudah pupus di samping mengharamkan setiap orang yang beriman dari meniru tata-etika, amalan dan tata-cara orang-orang kafir atau jahiliah.

Larangan yang berupa penegasan dari syara ini telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad s.a.w melalui hadith-hadith baginda. Terlalu sukar untuk ditolak atau dinafikan tentang pengharaman mencukur janggut ini kerana terlalu banyak hadith-hadith sahih yang telah membuktikannya dengan terang tentang pengharaman tersebut.

Memang tidak dapat diragukan, antara penyerupaan yang diharamkan oleh Nabi Muhammad s.a.w ialah meniru perbuatan orang-orang kafir yang kebanyakan dari mereka lebih gemar mencukur janggut dan jambang mereka kemudian membiarkan (memelihara) misai mereka sebagai hiasan. Ketegasan larangan mencukur janggut yang membawa kepada penyerupaan masih dapat difahami melalui hadith-hadith baginda yang seterusnya sebagaimana di bawah ini:

"Dari Ibn Umar ra berkata :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka".

H/R Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani.

"Dari Abi Hurairah ra :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Bahawasanya ahli syirik memelihara misainya dan memotong janggutnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah janggut kamu dan potonglah misai kamu". H/R al Bazzar.

"Bersabda Rasulullah s.a.w :

Janganlah kamu meniru (menyerupai) orang-orang Majusi (penyembah berhala) kerana mereka itu memotong (mencukur) janggut mereka dan memanjangkan (memelihara) misai mereka".

H/R Muslim.

"Tipiskanlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu. Di riwayat yang lain pula : Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu".

H/R al Bukhari.

Dari Abi Hurairah berkata :

Telah bersabda Rasulullah s.a.w :

Di antara fitrah dalam Islam ialah memotong misai dan memelihara janggut, bahawasanya orang-orang Majusi memelihara misai mereka dan memotong janggut mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong misai kamu dan peliharalah janggut kamu". H/R Ibn Habban.

"Dari Abdullah bin Umar berkata :

Pernah disebut kepada Rasulullah s.a.w seorang Majusi maka beliau bersabda :

Mereka (orang-orang Majusi) memelihara misai mereka dan mencukur janggut mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka".

H/R al Baihaqi.

"Dari Ibn Umar ra berkata :

Kami diperintah supaya memelihara janggut".

H/R Muslim.

"Dari Abi Hurairah :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Cukurlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu". H/R Muslim.

"Dari Abi Hurairah berkata :

Bersabda Rasulullah s.a.w :

Peliharalah janggut kamu dan cukurlah misai kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani". H/R Ahmad.

"Dari Ibn Abbas berkata :

Bersabda Rasulullah s.a.w : Janganlah kamu meniru (menyerupai) 'Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah janggut kamu".

H/R al Bazzar.

Jumhur ulama (ulama tafsir, hadith dan fiqah) menegaskan bahawa suruhan yang terdapat pada hadith-hadith (tentang janggut) adalah menunjukkan suruhan yang wajib bukan sunnah kerana ia menggunakan lafaz atau kalimah: ‘ "nada (gaya) suruhan" yang tegas, jelas (dan diulang-ulang).

Lihat : Adib Saleh. Jld. 2 m/s 241.

Larangan Nabi Muhammad s.a.w agar orang-orang yang beriman tidak mencukur janggut mereka dan tidak menyerupai Yahudi, Nasrani atau Majusi telah dilahirkan oleh baginda melalui sabdanya dengan beberapa gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, terang dan tegas. Sebagaimana hadith-hadith sahih di bawah ini:

"Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah janggut kamu".

H/R al-Bukhari dan Muslim.

"Tinggalkan cara mereka (jangan meniru orang-orang musyrik) peliharalah janggut kamu dan cukurlah misai kamu". H/R al-Bazzar.

"Tinggalkan cara Majusi (jangan meniru Majusi)". H/R Muslim.

"Dan janganlah kamu sekalian menyerupai Yahudi dan Nasrani". H/R Ahmad.

"Janganlah kamu sekalian menyerupai orang-orang yang bukan Islam, peliharalah janggut kamu". H/R al-Bazzar.

Hadith-hadith di atas amat jelas menunjukkan bahawa Nabi Muhammad s.a.w telah mewajibkan kepada setiap orang-orang yang beriman agar memelihara janggut mereka kemudian memotong atau menipiskin misai mereka. Di samping itu mengharamkan mereka dari meniru perbuatan orang-orang kafir, sama ada golongan Yahudi, Nasrani, Majusi, munafik atau orang fasiq yang mengingkari surahan dan melanggar larangan yang terdapat di dalam hadith-hadith sahih tentang janggut dan penyerupaan sebagaimana kenyataan dari hadith-hadith sahih di atas tadi.

Begitu juga jika diteliti beberapa hadith di atas, maka antara ketegasan hadith tersebut ialah melarang orang-orang beriman dari meniru (menyerupai) perbuatan, amalan atau tingkah laku golongan Yahudi, Nasrani, Majusi dan semua orang-orang kafir, iaitu peniruan yang dilakukan dengan cara memotong (mencukur) janggut dan kemudian memelihara pula misai (kumis).

Amat jelas dalam setiap hadith di atas suruhan atau perintah dari Nabi Muhammad s.a.w agar orang-orang yang beriman memelihara janggut mereka kemudian memotong atau menipiskan misai mereka. Antara tujuan suruhan tersebut ialah supaya orang-orang yang beriman tidak menyerupai golongan orang-orang kafir tidak kira apa jenis kekafiran mereka.

Nabi telah memberi peringatan melalui hadith-hadith sahihnya kepada sesiapa yang melanggar dan mengabaikan perintah syara termauklah memelihara janggut.

Hadith dari Ibn Umar yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Tabrani yang telah dikemukakan di atas, perlu dijiwai dan dicernakan di hati setiap mukmin agar sentiasa menjadi panduan dan perisai untuk memantapkan pegangan (istiqamah) dalam memelihara hukum berjanggut. Hadith yang dimaksudkan ialah:

"Dari Ibn Umar ra berkata :

Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka dia telah tergolong (agama) kaum itu".

H/R Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani. Menurut keterangan al-Hafiz al-Iraqi dalam) bahawa sanad hadith ini sahih.

Kesahihan hadith di atas dapat memberi keyakinan dan penerangan bahawa sesiapa yang meniru atau menjadikan orang-orang jahiliah sama ada dari kalanganYahudi, Nasrani atau Majusi sebagai contoh dan mengenepikan amalan yang telah ditetapkan oleh agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, maka peniru tersebut akan tetap menjadi golongan kafir yang ditiru selagi tidak bertaubat malah akan terus bersama mereka sehinggalah di akhirat. Kesahihan ini dapat dikuat dan dipastikan lagi dengan hadith sahih di bawah ini:

"Tiga jenis manusia yang dibenci oleh Allah (antara mereka) ialah penganut Islam yang masih memilih (meniru) perbuatan jahiliah".

H/R al-Bukhari.

Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibn Umar, Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda:

"Sesiapa yang meniru (menyerupai) seperti mereka (orang-orang bukan Islam) sehingga ia mati, maka ia telah termasuk dalam golongan (mereka sehingga ke akhirat)".

Memelihara janggut adalah fitrah Islamiyah yang diamalkan oleh semua nabi-nabi, rasul-rasul a.s, para sahabat dan orang-orang yang soleh. Pengertian fitrah Islamiyah boleh difahami dari apa yang telah dijelaskan oleh Imam as Suyuti di dalam kitabnya:

"Sebaik-baik pengertian tentang fitrah boleh dikatakan bahawa ia adalah perbuatan mulia dipilih dan dilakukan oleh para nabi-nabi dan dipersetujui oleh syara sehingga menjadi seperti satu kemestian ke atasnya".

Sirah atau sejarah semua rasul-rasul dan nabi-nabi sehinggalah ke sirah Nabi Muhammad s.a.w serta tarikh semua para sahabat terutama Khulafa ar Rasyidin telah didedahkan kepada kita bahawa mereka semua didapati memelihara janggut kerana mengimani dan mentaati setiap perintah agama dan berpegang kepada fitrah yang diturunkan kepada rasul yang diutus untuk mendidik dan menunjukkan mereka jalan kebenaran.

Mereka yakin hanya dengan mentaati Nabi atau Rasulullah s.a.w dalam semua aspek akan berjaya di dunia dan di akhirat. Antara kisah nabi yang terdapat di dalam al-Quran yang disebut dengan janggut ialah kisah Nabi Harun sebagaimana firman Allah:

"Harun menjawab :

Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan pula kepalaku". TAHA, 20:94.

Para Isteri Nabi Muhammad s.a.w juga suka melihat Nabi berjanggut sehingga ada yang meletakkan minyak wangi di janggut dan jambang Nabi. Sebagaimana hadith sahih di bawah ini:

"Dari 'Aisyah Ummul Mukminin berkata :

Aku mewangikan Nabi s.a.w dengan sebaik-baik wangi-wangian pada rambut dan janggutnya". Muttafiq 'alaihi.

"Berkata Anas bin Malik :

Janggut Nabi s.a.w didapati lebat dari sini ke sini, maka diletakkan kedua tangannya di pipinya". H/R Ibn Asyakir (dalam Tarikhnya).

Di dalam kitab xxx Jld. 10, M/s. 335, terdapat teks yang ditulis:

"Memelihara janggut adalah kesan peninggalan yang diwariskan oleh (Nabi Ibrahim 'alaihis salam wa 'ala nabiyina as salatu wassalam sebagaimana dia mewariskan (wajibnya) janggut maka begitu juga (wajibnya) berkhatan".

"Dari Jabir berkata :
Sesungguhnya Rasulullah lebat janggutnya". H/R Muslim.

"Dari Mu'amar berkata :
Kami bertanya kepada Khabbab, adakah Rasulullah s.a.w membaca (al-Quran) di waktu Zuhur dan 'Asar? Beliau berkata : Ya! Kami bertanya, dari mana engkau tahu? Beliau menjawab : Dengan bergerak-geraknya janggut baginda". H/R al Bukhari.

"Dari Jabir berkata :

Kebiasaannya Rasulullah s.a.w apabila bersikat dimulakan pada rambutnya kemudian pada janggutnya". H/R Muslim.

"Dari Umar berkata :

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w lebat janggutnya, di riwayat yang lain tebal janggutnya dan di lain riwayat pula subur janggutnya".

H/R at Turmizi.

"Dari Anas bin Malik berkata :

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w apabila berwuduk meletakkan tapak tangannya yang berair ke bawah dagunya dan diratakan (air) di janggutnya. Beliau bersabda : Beginilah aku disuruh oleh Tuhanku".

H/R Abu Daud.

"Terdapat pada janggut (Nabi s.a.w) janggut yang putih".

H/R Muslim.

"Tidak kelihatan uban di janggutnya kecuali sedikit".

H/R Muslim.

"Rambut yang putih (uban) di kepala dan di janggut (Nabi Muhammad s.a.w) tidak melebihi dua puluh helai". H/R al-Bukhari.

Semua Para Sahabat r.a Berjanggut

Melalui keterangan yang diperolehi dari hadith sahih, athar dan sirah (sejarah para sahabat) terbukti tidak seorangpun dari kalangan para sahabat yang mencukur janggut mereka dan tidak seorangpun yang menghalalkan perbuatan mencukur janggut. Ini terbukti kerana didapati keseluruhan para sahabat berjanggut. Sebagaimana keterangan dari hadith-hadith di bawah ini:

"Didapati Abu Bakar lebat janggutnya, Uthman jarang (tidak lebat) janggutnya tetapi panjang, dan Ali tebal janggutnya".

H/R Turmizi.

"Berkata al-Bukhari :

Ibn Umar menipiskan misainya sehingga kelihatan kulitnya yang putih dan memelihara janggut dan jambangnya". Lihat: Fathulbari, jild 10, m/s 334.

"Semasa Ibn Umar mengerjakan haji atau umrah, beliau menggenggam janggutnya, mana yang lebih (dari genggamannya) dipotong".

H/R al-Bukhari.

Hadith-hadith di atas bukan sahaja menjelaskan suatu contoh perbuatan Nabi Muhammad, para nabi sebelum baginda dan juga para sahabat yang semua mereka memelihara janggut. Malah hadith-hadith di atas juga merupakan lanjutan yang berupa suruhan dari nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w meneruskan suruhan (lanjutan) tersebut ke atas orang-orang yang beriman supaya memelihara janggut mereka. Anehnya, dalam hal suruhan yang nyata ini dirasakan sukar difahami oleh segolongan para mufti, kadi, imam, ustaz dan alim ulama yang bertibaran di negara ini.

Apakah mereka tidak pernah terjumpa (terbaca) walaupun sepotong dari beberapa hadith-hadith sahih sebagaimana yang tercatit di atas yang mewajibkan memelihara janggut sehingga mereka tidak sudi memeliharanya? Jika sekiranya mereka telah terbaca salah satu dari hadith-hadith tersebut mengapa pula tidak mahu menerima dan mentaatinya?

Apakah mereka merupakan ulama buta, tuli, pekak dan bisu sehingga tidak dapat melihat, memahami, mengetahui dan menyampaikan sebegitu banyaknya hadith-hadith sahih yang memperkatakan tentang janggut? Mengapa pula suruhan dan larangan syara sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah di bawah ini tidak mereka sedari?:

"Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka hendaklah kamu ambil (patuhi) dan apa yang ditegah kamu (dari melakukannya) maka hendaklah kamu tinggalkan".

AL HASYAR, 59:7.

Ayat di atas memberi penekanan agar setiap orang-orang yang beriman bersikap patuh (taat), sama ada patuh dengan cara melaksanakan segala apa yang disuruh oleh Allah dan RasulNya atau patuh dengan cara meninggalkan segala apa yang telah dilarang atau diharamkan.

Orang-orang yang beriman tidak boleh mencontohi sikap Iblis yang enggan mematuhi suruhan Allah s.w.t apabila diarah supaya sujud kepada Nabi Adam a.s. Iblis dilaknat kerana mengingkari satu suruhan Allah. Keengganan mematuhi suruhan Rasulullah s.a.w samalah seperti mengingkari suruhan Allah kerana mentaati Rasulullah adalah asas mentaati Allah, maka mereka yang tidak mahu mematuhi arau mentaati suruhan Rasulullah s.aw yang diulang berkali-kali supaya memelihara janggut dan jambang dengan alasan berjanggut itu tidak kacak, selekeh, kelihatan comot dan sebagainya. Maka keingkaran dan alasan seperti ini ditakuti menyerupai alasan Iblis dan petanda yang mereka telah mewarisi sikap Iblis yang bongkak, biadab, bangga diri dan akhirnya ia dikekalkan di nereka hanya lantaran tidak mahu mematuhi satu-satunya suruhan Allah s.w.t iaitu sujud kepada bapa sekalian manusia..

Mentaati Allah dan Rasulnya dalam setiap aspek adalah bukti kukuh yang menandakan seseorang itu benar-benar mencintai Allah s.w.t dan RasulNya, kerana syarat untuk mencintai Allah dan RasulNya ialah ketaatan. Sebagaimana firman Allah:

"Katakanlah jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutlah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu".

ALI IMRAN, 3:31.

Cinta perlukan pembuktian walaupun dalam hal atau perkara yang kecil dan dianggap remeh. Sikap orang-orang yang beriman apabila mengetahui bahawa Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu hukum dan menyeru mereka supaya mematuhinya, maka oleh kerana cinta mereka yang bersangatan terhadap Allah dan Rasulnya maka mereka akan mematuhinya tanpa banyak persoalan.

Kepatuhan mereka adalah benar-benar didorong oleh rasa cinta kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman apabila mereka diseru kepada Allah dan RasulNya agar menghukum di antara mereka, ucapan mereka ialah : Kami mendengar dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".

AN NUUR, 24:51.

Orang-orang yang beriman akan mentaati segala suruhan Allah dan RasulNya walaupun sekecil-kecilnya kerana mereka mengimani bahawa suruhan Allah s.w.t wajib dipatuhui. Mereka menyedari jika suruhan yang kecil dan mudah tidak mampu dilaksanakan tentunya yang besar-besar akan ditinggalkan. M

alah orang yang beriman akan sentiasa berpegang teguh dengan suruhan Allah s.w.t sebagaimana yang terdapat pada ayat di bawah ini:

"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahawa sesungguhnya kewajipan Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".

AL MAAIDAH, 5:92.

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah".

AN NISAA 4:64.

Ayat-ayat di atas merupakan suruhan agar kita mengambil (mentaati suruhan yang berupa setiap apa) yang didatangkan (yang berupa perintah) dari Allah dan RasulNya kemudian meninggalkan semua yang ditegah (dilarang atau diharamkan) serta melaksanakan semampu mungkin setiap suruhan terutamanya yang nyata wajibnya.

Allah dan RasulNya tidak meridhai perbuatan orang-orang kafir, oleh sebab itu melaknat siapapun dari kalangan orang Islam yang meniru cari mereka yang tidak diridhai oleh Allah dan RasulNya seperti perbuatan mencukur janggut kemudian memelihara misai mereka sahaja.

Orang-orang yang menyedari bahawa perbuatannya yang suka meniru perbuatan orang-orang kafir itu dibenci, dilaknat dan tidak diridhai oleh Allah dan RasulNya tetapi mereka masih meneruskan perbuatan tersebut dan menyukainya, maka ingatlah Allah telah mengancam orang-orang seperti ini dengan firmanNya:

"Yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka mengikuti (apa yang menimbulkan) kemurkaan Allah dan (kerana) membenci keridhaanNya, sebab itu Allah menghapuskan (pahala) amal-amal mereka".

MUHAMMAD, 47:28.

Nabi menegah orang-orang yang beriman dari mencukur janggut dan jambang mereka malah berkali-kali menyuruh memeliharanya dengan berbagai-bagai ungkapan agar dapat difahami dan diterima oleh umatnya. Apakah benar seseorang itu mencintai Allah dan RasulNya jika perkara yang paling mudah dan tidak mengeluarkan modal ini mereka abaikan dan tidak memperdulikannya langsung?

Apakah mereka tidak mampu untuk memahami suruhan Nabi Muhammad s.a.w dan tidak mahu mentaatinya? Suri tauladan dari siapakah yang sewajarnya ditiru oleh orang-orang yang beriman? Apakah lebih berbangga dan menyenangi contoh yang ditiru dari Yahudi, Nasrani atau Majusi yang ditegah dari menirunya? Atau mencintai contoh dari Rasul utusan Allah, contoh dari para sahabat baginda dan contoh dari orang-orang soleh yang dibanggakan oleh setiap orang yang beriman apabila dapat mematuhi dan mentaati contoh tersebut? Contoh yang terbaik dan selayaknya dibanggakan hanyalah contoh yang ada pada diri Rasulullah s.a.w sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah (dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak mengingati Allah".

AL AHZAB, 33:21.

"Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". IBRAHIM, 14:36.

Berkata as-Syeikh Ismail al-Ansari dalam memperkatakan hadith (athar) dari Ibn Umar r.a:

"Tidak syak lagi bahawa kata-kata Rasulullah s.a.w dan perbuatannya lebih berhak dan utama dipatuhi daripada kata-kata selain dari baginda, tidak kira siapapun orang itu".

Lihat: Muhammad Ahmad bin Ismail

Mencintai Nabi Muhammad s.a.w dan sunnahnya ialah dengan cara mencontohi segala suri teladan dan amalannya, mentaati seruannya dan mematuhi segala suruhannya sedaya mungkin. Berjanggut atau berjambang adalah suri teladan, suruhan dan amalan yang berupa sunnah para rasul, para nabi, para sahabat dan orang-orang soleh sejak dahulu kala sehinggalah ke hari kiamat.

dipetik daripada: http://www.bicaramuslim.com/bicara7/viewtopic.php?p=78840&sid=3a77956e9453fb14db11de7bd536b434

0 comments

mY BurF_dAtE